Saturday, November 24, 2012

Heavy Rain


Saat ini sedang turun hujan dengan derasnya, mulai gelisah… Tidak, saya tidak sedang kehujanan.  Bahkan saya dalam kondisi cukup nyaman sekarang. Dalam ruangan ber-AC menghadap My Little Pinky Leppy, sok sibuk seperti ngerjain dokumen maklum bos lagi ada didepan saya. Padahal saya sedang buat tulisan ini nih, sambil berdoa dalam hati mudah-mudahan PLN tidak memutus aliran listriknya untuk sementaraaa aja, karena lagi asyik cuap-cuap nih. Ditemani secangkir teh panas dan biscuit coklat, mmhhh so yummy..
Sambil berusaha menghilangkan kegelisahan memikirkan gimana cara pulang. Saya tinggal dikota yang yaah biasa saja, tapi masalahnya sudah mulai ikut-ikutan dengan kebiasaan ibukota Negara, banjir. Nah balik nanti gimana pulangnya??? #mumed… Saya tidak membawa payung, sopir angkot kadang ogah narik dan Misua bisa jemput ga dalam kondisi banjir. Haaah lupain dulu untuk sementara  cari pembahasan lain, tema HEAVY RAIN : WALK OR RUN IN THE RAIN..??? HOW WET WILL I GET..??? 


Mulai berpikiiiirrrr…
Saat hujan apa yang harus kita lakukan? Lebih baik berjalan atau berlari secepat yang kita bisa..  Dengan dua pilihan itu seberapa basah yang akan kita alami..? berlari, berjalan, berlari, berjalan.. #itungkancing. Ini bisa dijawab dengan mengetahui bagaimana air hujan yang jatuh. Jika hujan jatuh diatas tepat atau pada sudut terhadap kita, lebih baik memilih untuk berlari, yes, run as fast as you can, that’s the rigft choice. Tetapi jika hujan dari belakangmu, you have to run but not as fast as you can. Bingung..???
Begini ceritanya... Dengan curah hujan yang tinggi mungkin kita bisa berlari lebih kencang, tetapi tanah tidak bisa menyerap air hujan dengan cepat sehingga percikan air di tanah justru akan kembali memercik ke tubuh kita. Jadi jika hujan mengalir dan turun sangat deras, lebih baik kita berjalan, tubuh kita akan lebih kering dibanding jika kita berlari secepat-cepatnya. Sudah paham yaaa…
Tapi ada satu cara lagi yang jauh lebih baik, percaya ga??? Yakin deh. Jadi cara terbaik untuk dilakukan saat hujan turun, tepat diatas kita, pada sudut terhadap kita, atau bahkan dibelakang kita. Cara terbaiknya adalah membawa payung… Hehehehe, senyum ah senyum ah… 
Ok, I think that enough, cukup deh menulis, berfikir dan melucunya, dadaaahhh...

Friday, November 23, 2012

The “tuhing” Sacred




Tulisan pertama nih tentang kerjaan, padahal udah banyak hal baru, istilah baru dan pengalaman baru yang didapat. Cukup didengar lewat telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri, ga ada yang nyangkut diotak. Bukan karena ga mau mengingat yaaa, hanya saja otak ini udah penuh dengan urusan bumbu, wajan dan dapur, hahaha… 


Nah karena pernah buat blog alakadarnya, disimpan disini ajah jadi kapan-kapan kalo dibaca lagi bisa inget lagi. Back to focus, ciehhh… harus serius nih. Menyerap materi dari Big Boss yang membahas tentang Penyusunan Dokumen Amdal Perusahaan Tambang Batubara PT tiiiiiiitttt di kabupaten Kutai tiiiiiiiitttt (sensored) yaitu komponen-komponen sosial terkena dampak, khususnya BUDAYA. Data dan informasi mengenai adat istiadat masyarakat setempat sangat perlu diketahui, karena terkait dengan penyelesaian konflik jika hal tersebut terjadi di masyarakat.
Adat istiadat dilokasi studi harus diberi perhatian khusus, salah satu contoh adalah “Tuhing” (kalo salah map loh, nie atas penjelasan dari The Big Boss). Tuhing adalah suatu adat istiadat yang sangat kental dan krusial dalam kehidupan bermasyarakat pada suku Dayak Wehea yang mendiami beberapa desa diwilayah studi, yakni Desa Benhes, Deabeq dan Diaklay. Dalam aplikasi adat ini yaitu mengharuskan seluruh anggota masyarakat adat tidak melakukan aktivitas seperti bekerja, bepergian dan menimbulkan suara berisik, bahkan melarang orang luar untuk memasuki kawasan pemukiman penduduk desa. Tuhing dilaksanakan pada saat upacara kematian dan saat tertentu dari rangkaian Upacara Erau kampung.
Terkait dengan aktivitas penambangan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah saat kegiatan OB yang dilakukan secara blasting. Suara ledakan Handak diperkirakan mencapai kawasan pemukiman penduduk di 3 desa. Apabila saat kegiatan bertepatan dengan adanya “Tuhing” didesa, maka hal ini berpotensi menimbulkan gejolak sosial.
Selain itu, cara bercocok tanam mereka yang unik. Yang pertama, hanya satu kali bercocok tanam  pada areal lahan tertentu. Alasannya, jika suatu areal lahan ditanami sampai dua kali atau bahkan berkali-kali dilahan tersebut akan tumbuh alang-alang. Yaahh, para ahli menggunakan alang-alang sebagai indikator lahan kritis. Hebat kan mereka yang lebih tau dulu, kereeen…
Yang kedua, berdasarkan pengalaman senior-senior nih karena tugasnya “merayu” masyarakat agar menerima beroperasinya perusahaan maka boleh donk kalo pake cara-cara suap sederhana hehehe (hak paten bangsaku ini). Niat hati membantu peralatan berladang semacam cangkul, sabit, parang de el el tapiiii malah ditolak. Nah gimana nie cerita selanjutnya???? Setelah cek ricek kesana kemari, alasannya adalah mereka tidak pernah bertanam dengan senjata tajam macam itu karena Mereka Tidak Ingin Membuat Tanah Terluka. Mmmmm so sweet… Bahkan saat menggunakan Tugal, mereka tidak mau menggunakan tugal lancip  cukup dengan tugal yang tumpul, dengan alasan yang sama saudara-saudara.
Betapa besar cinta mereka kepada bumi yang duwujudkan dengan hal-hal sederhana tapi berimplikasi cukup besar, dibandingkan dengan kita yang tinggal di kota dan kehidupan yang serba modern plus fasilitas-fasilitas hi-tech (mbacanya dengan gaya Bapak Habibie yaah). Udah deh ini aja, jadi kalo kapan-kapan dapet deadline Dokumen Amdal yang temanya sama, tinggal copas deh, whahahah… #devillaugh

Monday, November 19, 2012

A page of diary



Assalamualaikum…
Teruntuk diriku sendiri, semoga keselamatan selalu menyertai diri ini. Kalo ada yang menghabiskan waktunya baca tulisan eror ini, yah ane doakan juga semoga keselamatan dan kesehatan senantiasa tercurah pada kalian… My big thanks to Allah, dengan memberikan apa-apa yang bahkan tidak saya minta, LA ILAHA ILLALLAH..


Kembali ke tulisan ini, yang tiba-tiba inget pernah iseng buat blog. Pada dahulu kala, maksud hati blog ini diniatin buat simpen tugas-tugas dari bapak-ibu dosen. Nah, disini masalahnya niat menggebu-gebu itupun terlupa begitu saja. Alasan klasik, keasyikan kuliah, sibuk moving on, sibuk melayani masyarakat (beuh, macam pejabat ajah). Yah duniaku yang tiba-tiba jadi campur aduk, super duper galau, bla bla bla.. 

Antara percaya dan tidak tulisan terakhir diupdate 2 taon yang lalu, saya ulang lagi ya, 2 taon yang lalu. Kok masi idup aja nie orang, xixixi… Tapi dengan tersipu-sipu malu, dalam waktu segitu panjang saya masih belum kelar juga kuliah. Copas paragraf diatas, alasan klasik terjatuh pada TESIS saya yang kenapa sulit benerrr (triple R, untuk meyakinkan kalian semua hahaha…). Sumpah, tesis ini membunuhku lala lala lala. Menjadikan tesis sebagai objek “kambing hitam”, toh dia tak bisa membela diri kaaannn, yesss… Terciptalah kalimat baru : Menghitamkan Kambing Putih…

Ini aja deh tulisan ngawur, yang isinya as like as a diary, toh cuma buat update... Kerja lagiii, yuhuuiii…